1. Fungsi Umum Teori Belajar
a.
Sebagai Kerangka Riset
Pengalaman saya :
Teori Classical Conditioning merupakan salah satu teori yang
menginspirasi saya tentang adanya proses pengkondisian dalam sesi kehidupan. Pada
awalnya saya tidak terlalu tertarik saat mempelajari teori Pavlov pada mata
kuliah PUM I, tapi pada saat mencoba menerapkan teori Pavlov pada kucing saya,
dan hal tersebut berhasil, saya jadi lebih semangat dalam mempelajari Psikologi,
karena apa yang saya pelajari merupakan hal-hal kecil yang sering terjadi
disekitar saya, dan saya sering cuek akan hal tersebut.
b.
Memberikan kerangka organisasi untuk item-item
informasi
Pengalaman saya :
Kondisi dimana saat belajar disekolah maupun di Universitas, saya
terbiasa dengan mengkotak-kotakkan (mengorganisasikan) sifat guru maupun dosen.
Saya akan lebih mudah belajar jika saya tahu, bagaimana kebiasaan guru/dosen,
bagaimana menghadapi atau proses belajar mengajar dengan Dosen A, maupun Dosen
B. Hal ini menjadikan saya mempunyai trik yang tepat menghadapi Dosen/Guru yang
berbeda-beda.
c.
Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
Pengalaman saya :
Saat saya menghadiri acara wisuda teman dekat saya di Selecta Building,
saya bermodalkan nekat dengan tidak memiliki undangan masuk ruang acara wisuda.
Pada saat itu, saya tidak punya alasan yang tepat untuk bisa masuk keruangan
wisuda. Namun, mengandalkan observasi dengan proses pencarian informasi,
mengingat dan pemecahan masalah, saya bisa masuk keruangan wisuda, tanpa
undangan.
d.
Mereorganisasi pengalaman sebelumnya
Pengalaman saya :
Seperti halnya teori Bandura, tentang Perfomance
attainment. Saya sering memandang masa depan berdasarkan pengalaman di masa
lalu. Keyakinan diri saya akan kesuksesan itu bergantung pada bagaimana saya
mencapai suatu prestasi di masa lalu. Pada saat saya mendapatkan nilai yang
baik untuk satu mata kuliah di semester lalu, maka saya akan berusaha
mati-matian untuk tetap mendapatkan nilai yang baik di semester ini. Pengalaman
buruk juga terkadang menginspirasi saya, ini terbukti saat nilai saya turun
sejeblok-jebloknya pada saat semester 3, itu adalah cambukan untuk diri saya,
bahwa saya harus berubah, mengubah strategi belajar dan bisa menjadi lebih baik
disemester selanjutnya. Dan karena keyakinan itu, saya mendapatkan sesuai
dengan target yang sudah saya susun.
e.
Bertindak sebagai penjelasan kerja dari persitiwa
Pengalaman saya :
Ini berkaitan dengan pengalaman yang telah saya paparkan pada fungsi yang
pertama. Ini terjadi antara saya dan kucing saya. Saya sering sekali memanggil
kucing saya untuk makan dengan memukul sendok dengan piring makan. Dan si
kucing akan berlari secepat mungkin kearah saya. Pada awalnya, kucing tidak
terlalu peduli dengan suara dentingan sendok + piring, namun seiring waktu,
setiap mau memberi makan, saya mendentingkan suara sendok dan piring, diikuti
dengan pemberian makan, maka sang kucing akan reflex mendatangi saya saat ada
suara dentingan piring + sendok, walaupun terkadang saya tidak bertujuan
memberinya makan. Setelah mempelajari teori Ivan Pavlov, saya jadi mengerti
bahwa perilaku itu bisa dibentuk dari proses belajar.
2. Perspektif Psikologis tentang factor-faktor
utama dalam belajar :
a.
Perspektif Behavioris
Teori Behavioris memandang perilaku manusia adalah hasil dari proses
belajar (dapat dibentuk). Ada banyak tokoh yang mengeluarkann teori dari sudut
pandang behavioristic, namun dasar dari teori mereka sama, yaitu adanya
penguatan, reward, dan punishment. Hal ini sama seperti pengalaman saya dengan
kucing yang sudah saya paparkan sebelumnya diatas pada point (a) dan (e). Perilaku
kucing yang telah terkondisikan memberi bukti bahwa perilaku itu dapat dibentuk
oleh lingkungan, dan itu merupakan proses belajar. Dan saya juga belajar dari
perilaku kucing tersebut, saya menjadi lebih paham ketika teori behavioristic bukan
hanya dibaca, namun sangatlah dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
b.
Perspektif Kognitif
Teori kognitif merupakan teori belajar yang melibatkan proses penerimaan
informasi, mengingat, recall, dan
problem solving. Contoh dari perspektif ini dalam pengalaman saya adalah
paparan pada point (c). Pada saat saya mencoba masuk menuju lantai 5 (ruangan
wisuda) di Selecta Building, saya ragu dan berpikir, bagaimana saya dapat
melewati Satpam untuk menuju ruangan wisuda. Kebetulan didepan Lift, ada
semacam papan pengumuman yang berisi tulisan “Lantai 5 : Wisuda, Lantai 6 :
Restoran BUKA”. Pada saat membaca papan pengumuman tersebut, saya menyimpan
dulu informasi tentang Restoran dilantai 6, namun itulah alibi yang sangat
berguna untuk bisa masuk kedalam Lift dan menuju ruangan Wisuda Lantai 5.
c.
Perspektif Interaksionis
Menurut perspektif interaksionis, proses belajar dipengaruhi oleh model
dan factor lingkungan dan personal terhadap perilaku. Ini sesuai contoh pada
point (d). Dimana saya akan cenderung belajar dari pengalaman masa lalu, dan
mengamati pengalaman sukses orang lain. Dan ini akan membuat keyakinan diri
saya untuk lebih sukses menjadi lebih besar (semakin termotivasi).
d.
Teori Perkembangan Interaksionis
Teori perkembangan interaksionis adalah teori tentang symbol-simbol
budaya yang mempengaruhi proses belajar individu. Dan ini yang terjadi pada
saya saat pertama kali menginjakkan kaki di Medan untuk kuliah. Pepatahnya “Dimana
bumi dipijak, disitu langit dijunjung” merupakan hal tepat untuk saya. Karena proses
belajar dan beradaptasi dari satu budaya ke budaya lain bukanlah hal yang
mudah. Dan proses yang untuk bisa hidup mandiri, jauh dari orang tua juga
merupakan hal yang sangat sulit bagi saya. Namun, dari hal tersebut saya
belajar dengan mencoba berinteraksi dengan lingkungan yang saya tempati saat
ini. Menncoba untuk memahami budaya setempat agar dapat survive dilingkungan
yang baru.
0 komentar:
Posting Komentar