Sabtu, 20 Oktober 2012

PEMROSESAN INFORMASI dan Review JURNAL


PRINSIP BELAJAR

Teori pemrosesan informasi membahas langkah-langkah dasar individu untuk memperoleh, encoding, dan mengingat informasi. Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan dipelajari, pengetahuna sebellumnya yang sudah dikuasai pemelajar, dan proses yang melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali informasi.
Memori manusia merupakan system kompleks yang mencari data inderawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam memori jagka panjang. Ada tiga konseptualisasi dari hakikat memori, yaitu :
-          Konsep keadaan (informasi bersifat aktif atau tidak aktif).
-          Konsep system memori (mencakup memori episodic, semantic, dan system prosedural).
-          Tingkat pemrosesan (analisis sensoris, pengenalan pola, dan asosiasi semantik).

Representasi Pengetahuan dalam Memori Jangka Panjang

            Menurut perspektif verbal, pencitraan (imagery) merupakan hal penting dalam pemrosesan informasi, tetapi representasi dasar dalam memori jangka panjang adalah verbal. Bentuk representasi verbal ada dua, yaitu: pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Ø  Pengetahuan Deklaratif
Istilah deklaratif merujuk pada informasi yang dapat didiskusikan atau dinyatakan.dideklarasikan, dan infromasi yang bersifat deskriptif.
Ø  Pengetahuan Prosedural
Merupakan pengetahuan tentang cara melakukan tugas atau aktivitas tertentu.

Pengorganisasian Pengetahuan

Analisis implisit yang digunakan oleh Alexander et al. (1991) mengindikasikan dua kategori umum pengetahuan: pengetahuan yang tidak kelihatan jelas (tacit) dan pengetahuan yang kelihatan jelas (eksplisit).      Secara ringkas, pengetahuan tacit: (a) bersifat implisit, (b) beroperasi di bawah ambang kesadaran. Pengetahuan eksplisit, sebaliknya, lebih siap tersedia untuk kesadaran, dan merupakan objek pemikiran (Prawat, 1989). Komponen umum dari pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan konseptual dan metakognitif. Pengetahuan metakognitif mencakup informasi tentang strategi spesifik dan khusus, dan pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pemelajar (Alexxander et al).

Komponen Belajar

            Komponen utama dari belajar adalah: (a) kerangka belajar yang mencakup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar dan organisasi informasi yang akan dipeajari; dan (b) proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interkasinya. Proses itu adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).
Ø  Persepsi
Langkah awal dalam memahami informasi, memilih dan mengenali informasi yang datang. Asepk esensial dala proses ini adalah pengetahuan dan pemerhatian pememlajar.
Ø  Pengkodean dan Pengkonstruksian Makna
Pengkodean diberlakukan pada informasi yang dipahami sehingga informasi itu dapat dipertahankan dalam memori jangka panjang dan diambil lagi nanti jika dibutuhkan. Proses ini terjadi dalam situasi yang disebut sebagai memori kerja.
Ø  Pengambilan Kembali (Retrieval)
Istilah retrieval mengacu pada pengaksesan informasi yang disimpan di dalam memori jangka panjang.

PRINSIP PEMBELAJARAN

            Komponen utama dalam pembelajaran dari perspektif pemrosesan informasi adalah memperkaya pengetahuan yang telah dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang akan dipeajari, memfasilitasi perhatian pemelajar, mengkodekan dan mengonstruksikan makna, dan mengajari siswa strategi untuk memperkaya pemahaman mereka atas teks dan persentasi oral.

Pengajaran Strategi

Strategi merupakan pengoperasian mengenai dan berkait dengan suatu tugas. Pengajaran proses dan strategi untuk konsep belajar, prinsip, dan gagasan merupakan hal yang cukup penting. Ada dua strategi spesifik yang efektif untuk mengkonstruksi makna dari teks dan materi lisan adalah meringkas dan pertanyaan – diri. Tujuannya adalah membantu siswa untuk mengkosntruksi model makna dari pengetahuan sebelumnya, petunjuk yang ada di dalam materi, dan konteks pembelajarannya (Dole et al. , 1991).

REVIEW JURNAL

Penulis   : M. A. Al Irsyad
Asal       : Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode experiential learning dalam proses pembelajaran sains IPA dan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V SD setelah penerapan metode experiential learning. Penelitian ini berupa tindakan kelas yang dilaksanakan dalam emapt siklus. Teknik pengumpulan data hasil belajar kognitif dengan posttest, afektif dengan angket, dan psikomotorik diperoleh dari lembar pengamatan. Hasilnya mennjukkan bahwa penerapan metode experiential learning dalam pemeblajaran sains IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas lima sekolah dasar.

PEMBAHASAN :

            Sesuai dengan hasil penelitian, yakni penerapan metode experiential learning merupakan salah satu aplikasi dari teori dasar perspektif kognitif. Metode ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa adanya prinsip belajar dasar yang biasa digunakan individu dalam mendapatkan informasi, yaitu memperoleh informasi, encoding, dan mengingat informasi. Namun, metode ini lebih sederhana ketika diterapkan pada siswa kelas lima sekolah dasar, dimana, proses pembelajaran yang dilakukan dibuat semenarik mungkin, dengan tujuan agar siswa tertarik untuk memahami dan mempraktikkan sendiri pengetahuan yang sudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
            Selain itu, metode experiential learning mencakup proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap, yaitu persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).

Sumber :
Gredler, Margareth E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Ed. 6, Cet. 1. Jakarta: Prenada Group

1 komentar:

sRi RiZki AmanDa mengatakan...

sama-sama,, semogga bermanfaat.. :)

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates