PRINSIP BELAJAR
Teori
pemrosesan informasi membahas langkah-langkah dasar individu untuk memperoleh, encoding, dan mengingat informasi.
Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan dipelajari,
pengetahuna sebellumnya yang sudah dikuasai pemelajar, dan proses yang
melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali
informasi.
Memori
manusia merupakan system kompleks yang mencari data inderawi, mengubah data
menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam memori jagka
panjang. Ada tiga konseptualisasi dari hakikat memori, yaitu :
-
Konsep keadaan (informasi bersifat aktif
atau tidak aktif).
-
Konsep system memori (mencakup memori
episodic, semantic, dan system prosedural).
-
Tingkat pemrosesan (analisis sensoris,
pengenalan pola, dan asosiasi semantik).
Representasi Pengetahuan dalam
Memori Jangka Panjang
Menurut perspektif verbal,
pencitraan (imagery) merupakan hal
penting dalam pemrosesan informasi, tetapi representasi dasar dalam memori
jangka panjang adalah verbal. Bentuk representasi verbal ada dua, yaitu:
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Ø Pengetahuan
Deklaratif
Istilah
deklaratif merujuk pada informasi yang dapat didiskusikan atau dinyatakan.dideklarasikan,
dan infromasi yang bersifat deskriptif.
Ø Pengetahuan
Prosedural
Merupakan
pengetahuan tentang cara melakukan tugas atau aktivitas tertentu.
Pengorganisasian
Pengetahuan
Analisis implisit yang digunakan oleh
Alexander et al. (1991) mengindikasikan
dua kategori umum pengetahuan: pengetahuan yang tidak kelihatan jelas (tacit) dan pengetahuan yang kelihatan
jelas (eksplisit). Secara ringkas, pengetahuan tacit: (a) bersifat implisit, (b)
beroperasi di bawah ambang kesadaran. Pengetahuan eksplisit, sebaliknya, lebih
siap tersedia untuk kesadaran, dan merupakan objek pemikiran (Prawat, 1989).
Komponen umum dari pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan konseptual dan
metakognitif. Pengetahuan metakognitif mencakup informasi tentang strategi
spesifik dan khusus, dan pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pemelajar
(Alexxander et al).
Komponen Belajar
Komponen utama dari belajar adalah:
(a) kerangka belajar yang mencakup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki
pemelajar dan organisasi informasi yang akan dipeajari; dan (b) proses yang
diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interkasinya. Proses itu
adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara
memori kerja dengan memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).
Ø Persepsi
Langkah
awal dalam memahami informasi, memilih dan mengenali informasi yang datang.
Asepk esensial dala proses ini adalah pengetahuan dan pemerhatian pememlajar.
Ø Pengkodean
dan Pengkonstruksian Makna
Pengkodean
diberlakukan pada informasi yang dipahami sehingga informasi itu dapat
dipertahankan dalam memori jangka panjang dan diambil lagi nanti jika
dibutuhkan. Proses ini terjadi dalam situasi yang disebut sebagai memori kerja.
Ø Pengambilan
Kembali (Retrieval)
Istilah
retrieval mengacu pada pengaksesan
informasi yang disimpan di dalam memori jangka panjang.
PRINSIP PEMBELAJARAN
Komponen utama dalam pembelajaran
dari perspektif pemrosesan informasi adalah memperkaya pengetahuan yang telah
dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang akan dipeajari, memfasilitasi
perhatian pemelajar, mengkodekan dan mengonstruksikan makna, dan mengajari
siswa strategi untuk memperkaya pemahaman mereka atas teks dan persentasi oral.
Pengajaran Strategi
Strategi
merupakan pengoperasian mengenai dan berkait dengan suatu tugas. Pengajaran
proses dan strategi untuk konsep belajar, prinsip, dan gagasan merupakan hal
yang cukup penting. Ada dua strategi spesifik yang efektif untuk mengkonstruksi
makna dari teks dan materi lisan adalah meringkas dan pertanyaan – diri.
Tujuannya adalah membantu siswa untuk mengkosntruksi model makna dari
pengetahuan sebelumnya, petunjuk yang ada di dalam materi, dan konteks
pembelajarannya (Dole et al. , 1991).
REVIEW JURNAL
Penulis : M. A.
Al Irsyad
Asal : Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan metode experiential
learning dalam proses pembelajaran sains IPA dan peningkatan hasil belajar
IPA siswa kelas V SD setelah penerapan metode experiential learning. Penelitian ini berupa tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam emapt siklus. Teknik pengumpulan data hasil belajar kognitif
dengan posttest, afektif dengan angket, dan psikomotorik diperoleh dari lembar
pengamatan. Hasilnya mennjukkan bahwa penerapan metode experiential learning dalam pemeblajaran sains IPA dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas lima sekolah dasar.
PEMBAHASAN
:
Sesuai dengan hasil penelitian,
yakni penerapan metode experiential
learning merupakan salah satu aplikasi dari teori dasar perspektif
kognitif. Metode ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa adanya prinsip
belajar dasar yang biasa digunakan individu dalam mendapatkan informasi, yaitu
memperoleh informasi, encoding, dan
mengingat informasi. Namun, metode ini lebih sederhana ketika diterapkan pada
siswa kelas lima sekolah dasar, dimana, proses pembelajaran yang dilakukan
dibuat semenarik mungkin, dengan tujuan agar siswa tertarik untuk memahami dan
mempraktikkan sendiri pengetahuan yang sudah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu, metode experiential learning mencakup proses
yang diidentifikasi dalam model memori multitahap, yaitu persepsi, pengkodean,
dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka
panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).
Sumber :
Gredler, Margareth E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan
Aplikasi, Ed. 6, Cet. 1. Jakarta: Prenada Group
1 komentar:
sama-sama,, semogga bermanfaat.. :)
Posting Komentar