Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu (Sudarwan, 2010). Belajar tidak semata dari buku atau didapatkan dari sekolah atau perguruan tinggi.. Kita bisa belajar dari mana saja, dimana saja dan kapan saja, bahkan dari siapa saja.. yang penting adalah kemauan untuk belajar dan berani mencoba hal-hal yang baruu…
Testimony ku hari ini pada pertemuan kedua mata kuliah Psikologi Pendidikan adalah salah satu bentuk pembelajaran baru yang aku temui.. di kelas kami belajar menggunakan e-learning menggunakan www.editgrid.com walau belum sepenuhnya berhasil sii.. tapii kami semangat mencobanya..
Seni dalam mengajar merupakan cara yang guru lakukan untuk menyalurkan berbagai pengetahuan yang melibatkan intuisi, improvisasi dan ekspresi. Guru punya seribu cara untuk membuat siswanya merasa nyaman ketika proses belajar mengajar, apalagi adanya perbedaan individu yang mengharuskan seorang staf pengajar haru menghargai dan menerima perbedaan tersebut.. cara belajar anak-anak berbeda dengan cara belajar orang dewasa. Seorang anak akan mau belajar jika dibimbing dan dituntun oleh gurunya, dimana bagii seorang anak, guru merupakan figure otoritas yang tak pernah salah, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, seorang anak lebih mendengar nasihat gurunya ketimbang orangtuanya sendiri. Sedangkan orang dewasa menempatkan guru sebagai figure yang memberikan pengarahan dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, orang dewasa tidak perlu dituntun untuk belajar, model pembelajaran orang dewasa menggunakan metode “Trial and error”. Disinilah letak seni mengajar bagi seorang guru. Menghadapi anak didik yang duduk di Sekolah Dasar itu berbeda dengan anak didik yang duduk di Perguruan Tinggi.
Seperti apa guru yang cerdas itu? Guru yang cerdas atau jenius (brilliant teacher) pada intinya mencerminkan keterpelajaran, integritas pribadi, dan kemampuan berkomunikasi dengan siswa. Keterpelajaran adalah secara konsisten taat asas pada etika pengetahuan dan norma-norma kebiasaan berpikir. Seorang guru yang efektif menginspirasi dan memprovokasi dengan baik murid-muridnya. Guru professional memegang kebiasaan berpikir, tidak bertahan pada cara-cara tradisional dan hanya memegang kaidah-kaidah berpikir vertical tanpa membangun alternative. Inilah yang saya rasakan di mata kuliah Paedagogi. Cara pembelajaran yang dibawakan oleh dosen pengampu memberikan inovasi baru dengan uji coba e-learning, yang selama ini hanyalah say abaca di buku/novel tanpa dipraktikkan.
Oleh : Sri Rizki Amanda (10-017)
Sumber : Danim, Sudarwan & Khairil. 2010. Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta
0 komentar:
Posting Komentar