Sewaktu
kecil, saya termasuk anak yang malas Shalat, padahal saya tahu kalau Shalat itu
adalah kewajiban saya sebagai seorang Muslim. Dan saya akan masuk Neraka jika
meninggalkan Shalat. Tapi hingga kelas 2 MI (Madrasah Ibtidaiyah/setara SD)
saya masih saja sering meninggalkan Shalat, bisa dalam satu hari saya hanya
akan Shalat pada waktu Magrib saja. Saya sering dimarahi oleh orang tua saya,
namun saya meresponnya dengan sikap cuek, dan tetap mengulangi perilaku malas
Shalat saya. Namun itu berubah ketika saya sudah sering mendapat teguran dari
pengasuh saya (karena Mama sibuk, maka ada seorang kakak yang tinggal dirumah
saya untuk mengurus dan menjaga adik saya yang masih kecil). Kakak itu punya
cara tersendiri untuk menyuruh saya Shalat. Ia akan terus mengulang perkataan
menyuruh saya Shalat hingga saya bosan mendengarnya dan akhirnya saya Shalat.
Dan saya akan sangat jengkel jika waktu Shalat telah tiba, karena si Kakak akan
menyuruh saya Shalat secara intens dengan kata yang akan diulangnya terus
menerus “Ririn…. Udah Shalat? Shalat dulu sana, biar enak ngerjain yang
lain-lain”, dan saat saya menanggapinya dengan jawaban “Ya, Benter lagi..” maka
sekitar 5 menit kemudian, dia akan kembali mengatakan hal yang sama hingga saya
merasa bosan dan ingin perilaku sang Kakak berhenti, yaitu dengan saya Shalat.
Hal ini berulang kali terjadi setiap hari dan setiap Waktu Shalat tiba, hingga
akhirnya, saya akan terbiasa Shalat sendiri tanpa harus disuruh berulang kali,
dan tentunya perilaku sang Kakak untuk menyuruh saya Shalat pun berhenti.
Analisa
Pengalaman Berdasarkan Teori Belajar B.F. Skinner
Pengalaman saya yang telah saya
ceritakan adalah pengalaman yang erat kaitannya dengan teori Belajar Skinner.
Dimana adanya reinforcement yang dilakukan untuk mendapatkan perilaku sesuai
dengan keinginan pemberi stimulus. Reinforcement
merupakan setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku, yaitu
penguatan yang dapat meningkatkan frekuensi respons. Reinforcement terbagi dua, yaitu reinforcement positif, dan reinforcement
negative. Namun, reinforcement
yang saya dapatkan bukanlah reinforcement
positif, melainkan reinforcement
negative. Ini dikarenakan, saya mendapat penguatan yang tidak saya sukai,
namun pemberi stimulus (Kakak) berhasil menguatkan perilaku sesuai dengan
keinginannya (Shalat tanpa disuruh). Dan hal ini terjadi secara tetap, dan
berulang kali setiap Waktu Shalat sudah tiba. Saya yang awalnya malas Shalat,
hingga akhirnya Shalat tanpa disuruh.
0 komentar:
Posting Komentar