Senin, 08 Oktober 2012

Pengalaman Pribadi dan Teori Skinner

Sewaktu kecil, saya termasuk anak yang malas Shalat, padahal saya tahu kalau Shalat itu adalah kewajiban saya sebagai seorang Muslim. Dan saya akan masuk Neraka jika meninggalkan Shalat. Tapi hingga kelas 2 MI (Madrasah Ibtidaiyah/setara SD) saya masih saja sering meninggalkan Shalat, bisa dalam satu hari saya hanya akan Shalat pada waktu Magrib saja. Saya sering dimarahi oleh orang tua saya, namun saya meresponnya dengan sikap cuek, dan tetap mengulangi perilaku malas Shalat saya. Namun itu berubah ketika saya sudah sering mendapat teguran dari pengasuh saya (karena Mama sibuk, maka ada seorang kakak yang tinggal dirumah saya untuk mengurus dan menjaga adik saya yang masih kecil). Kakak itu punya cara tersendiri untuk menyuruh saya Shalat. Ia akan terus mengulang perkataan menyuruh saya Shalat hingga saya bosan mendengarnya dan akhirnya saya Shalat. Dan saya akan sangat jengkel jika waktu Shalat telah tiba, karena si Kakak akan menyuruh saya Shalat secara intens dengan kata yang akan diulangnya terus menerus “Ririn…. Udah Shalat? Shalat dulu sana, biar enak ngerjain yang lain-lain”, dan saat saya menanggapinya dengan jawaban “Ya, Benter lagi..” maka sekitar 5 menit kemudian, dia akan kembali mengatakan hal yang sama hingga saya merasa bosan dan ingin perilaku sang Kakak berhenti, yaitu dengan saya Shalat. Hal ini berulang kali terjadi setiap hari dan setiap Waktu Shalat tiba, hingga akhirnya, saya akan terbiasa Shalat sendiri tanpa harus disuruh berulang kali, dan tentunya perilaku sang Kakak untuk menyuruh saya Shalat pun berhenti.

Analisa Pengalaman Berdasarkan Teori Belajar B.F. Skinner

            Pengalaman saya yang telah saya ceritakan adalah pengalaman yang erat kaitannya dengan teori Belajar Skinner. Dimana adanya reinforcement yang dilakukan untuk mendapatkan perilaku sesuai dengan keinginan pemberi stimulus. Reinforcement merupakan setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku, yaitu penguatan yang dapat meningkatkan frekuensi respons. Reinforcement terbagi dua, yaitu reinforcement positif, dan reinforcement negative. Namun, reinforcement yang saya dapatkan bukanlah reinforcement positif, melainkan reinforcement negative. Ini dikarenakan, saya mendapat penguatan yang tidak saya sukai, namun pemberi stimulus (Kakak) berhasil menguatkan perilaku sesuai dengan keinginannya (Shalat tanpa disuruh). Dan hal ini terjadi secara tetap, dan berulang kali setiap Waktu Shalat sudah tiba. Saya yang awalnya malas Shalat, hingga akhirnya Shalat tanpa disuruh.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates