KELOMPOK 3
- Sri Rizki Amanda (10-017)
- Irene Anastasya (10-041)
- Wieny Delvonia (10-032)
- Fatimah Lubis (10-050)
- Nurul Mukhlisah (10-117)
- Rocky Sihite (10-124)
Sekolah : PAUD NURMALA
Lokasi
: JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan
Glugur , Kecamatan Medan Barat
Tujuan
pemilihan PAUD : Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah
siswa : 25 orang
Usia
siswa : 2-6 tahun
Konsep
Pengajaran : Bermain sambil Belajar
Tujuan
Pengajaran : Memberi kesempatan kepada siswa untuk
aktif dan kreatif
Alokasi
Waktu : 120 menit
I.
Tinjauan / Observasi
Sebelum
melaksanakan microteaching, kami
melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian
melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran
yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi
salah satu tema pengajaran kami.
II.
Latar Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian ransangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir
sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain
yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat
penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat
bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat
merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran,
pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak sekali
fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya
majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang
lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang
terdepan. Salah satu fenomena yang
terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan anak-anak didik
untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan
atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah.
Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi
perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita
diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan
fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih menekankan komponen
bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun
tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan diri selanjutnya.
Konsep microteaching kami sesuai
dengan tujuan PAUD yaitu “Bermain sambil
belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri ( student
centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip
pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi
yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur
berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan
antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas pembelajaran yang
berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang
difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”.
Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah
airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh
para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik)
III.
Landasan Teori
Metode pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran berpusat pada anak memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak
untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan
mengidentifikasikannya kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya dari diri
anak dikemangkan menjadi sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode
yang berdasarkan permainan adalah kebebasan anak dalam bermain.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak
usia dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini,
yaitu : (1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain; (2) Proses kegiatan anak usia dini
dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan
ataupun di luar ruangan; (3) Proses kegiatan belajar anak usia dini
dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; (4) Proses kegiatan belajar
anak usia dini haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara
menyeluruh dan terpadu.
Bermain adalah kegiatan yang
anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan
hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani). Piaget
dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri
seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat dimana ia hidup.
Pada dasarnya, tujuan utama bermain
adalah memelihara perkembangan dan pertumbuhan optimal anak usia dini melalui
pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan
bermain anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan
kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak satu dengan anak
lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163).
Elkonin dalam Catron dan Allen
(1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak
mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka
mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif
orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain; (3) anak mengembangkan
replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang
berbeda. Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam perkembangan berpikir
abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena
anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan bersama teman mainnya.
Fungsi bermain antara lain: (1)
dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak,
melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain
fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2) dapat
menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering
bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak
juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati); (3) dapat mengembangkan
kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali
melakukan ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya
sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan
kemandiriannya dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak
selallu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih
peran social sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Cosby dan Sawyer (1995:85)
menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area
perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang
dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan memberikan anak-anak
kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk
berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka
sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa
mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat baik yang telah
mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
Adapun jenis permainan yang
dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke
dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan
Hewson (2002: 15-21), yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan
teka-teki (puzzle-it-out play).
Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan
lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat
mengembangkan jenis permainan lainnya. Dari keterpaduan di antara permainan
tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan
permainan tersebut.
IV.
PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pada
tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk melakukan
micro teaching :
Jam
08:00- 08:30 :
Melakukan Senam dan doa pagi serta perkenalan
-
Kegiatan ini adalah kegiatan rutin
yang dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk
melakukan senam pagi bersama dengan bantuan media televisi.
Kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru.
Perkenalan anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.
Jam
08:30-08.50 : Bermain kerak lilin
- Alat
dan bahan : 3 buah kerak lilin.
- Instruksi : Anak-anak dikelompokkan dalam 3 kelompok
untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas yang terbuat dari kerak lilin.
Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 instruktur. Hasil akhir dinilai dari karya yang terbaik.
-
Tujuan : Merangsang kreativitas anak sekaligus membangun
kemampuan anak untuk bekerja sama dalam tim (teamwork).
Jam 08:50-09:05 : Cerita legenda dan role-playing
-
Alat dan bahan : Satu buku kumpulan cerita Tanah Karo
-
Instruksi : Anak-anak diajak duduk membentuk lingkaran dan
mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur micro teaching kemudian anak-anak diajak untuk melakukan
role-play dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih tokoh yang akan dirole-play.
-
Tujuan : Meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa anak,
mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam cerita, mendorong anak
untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan memperkenalkan budaya
Indonesia
Jam 09:05-09:20 :
melakukan permainan loncat menyebutkan nama buah dan gobak sodor
1. Gobak sodor
Alat dan bahan :
-- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi :
Anak-anak dibentuk menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari
12 orang dan membentuk barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin.
pemimpin kelompok berusaha menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang
berada di ujung barisan untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki
barisan terpanjang ditetapkan menjadi pemenang.
Tujuan : Untuk melatih kerjasama
dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan
untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan
dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasan.
2. Loncat Buah
Alat dan bahan : --
(hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi : Permainan ini melibatkan 2 pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang
meloncat. Pihak penjaga terdiri dari 2 orang, sedangkan pihak yang meloncat
terdiri dari anak-anak selain anak-anak di pihak penjaga. Kedua anak pihak
penjaga harus jongkok sambil bergandengan tangan untuk membentuk “pagar”.
Anak-anak bergantian meloncat melangkahi “pagar” penjaga sambil menyebutkan satu nama buah.
Anak-anak yang menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak
yang tersentuh sebagai penjaga.
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak
motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan
akan jenis-jenis buah (salah satunya)
Jam 09:20 istirahat
Jam 09: 25-09:50 :
Mewarnai
Alat dan Bahan : 6
buah buku gambar, crayon
Instruksi :
Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang mentor
untuk memperhatikan hasil kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu 20
menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan :
Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan
warna, melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail
suatu objek sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek,
meningkatkan konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus
melalui gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.
Jam 09: 50- 10:00 :
Penutup
Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru
dan siswa PAUD NURMALA.
V. HASIL
PELAKSANAAN
Tujuan dari kegiatan micro teaching , yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan
anak-anak mengenai kebudayaan Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain.
Melalui kegiatan micro teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai
permainan tradisional Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan
plastisin (kerak lilin), menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan
suwe ora jamu), dan kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan micro teaching ini lebih menantang kelompok untuk
dapat melakukan tugas sebaik mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu, kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan
mengajar pada anak-anak. Tanggung jawab itu berupa bagaimana kami dapat
menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada anak-anak dalam bentuk yang lebih
menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan teori-teori paedagogi dan prinsip
belajar pada anak prasekolah.
Setelah melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan micro teaching dapat berjalan lancar,
walau ada kendala disana sini sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi
pada saat mengajar, namun semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk
ditransferkan pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada
kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang
disampaikan dengan baik, itu tampak ketika kami mengadakan evaluasi, mereka
mampu mereview dongeng yang telah disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan
bermain dengan plastisin (kerak lilin), kami membagi anak menjadi beberapa
kelompok, dengan tujuan agar bisa melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan
teman –teman mereka. Namun kami menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain
sendiri, dimana mereka belum mau membagi plastisin yang ia punya kepada temannya.
Tapi kegiatan ini lebih terstruktur, dikarenakan pada setiap kelompok,
mempunyai satu mentor (salah satu dari kami) yang mengarahkan peserta didik,
dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Setelah itu sebelum peserta didik
diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu bermain
tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama, sehingga para peserta didik
tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini
ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik, mereka semangat mewarnai
dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan
kami membagikan reward kepada peserta didik dan menutup kegiatan pada hari
tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik
dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah disiapkan.
Kegiatan micro
teaching ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi anggota kelompok. Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak
hanya tertimbun dalam otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara
langsung yang membuat kami memiliki kesempatan belajar bersama,
meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya diri
dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback dengan
para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami yang
ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak tidak
semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak hanya
dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan
ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih
banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia dini.
VI. KALKULASI BIAYA
No
|
Rincian Pengeluaran
|
Jumlah
|
Biaya yang dikeluarkan
|
1
|
Buku gambar
|
6 buah
|
Rp 12.000,-
|
2
|
Plastisin
|
3 buah
|
Rp 16.500,-
|
3
|
Choki-choki
|
1 kotak
|
Rp 13.000,-
|
VII.
ALAT YANG DIGUNAKAN
o
Kamera
o
Alat tulis
o
Handycam
o
Media Audio Visual
DAFTAR PUSTAKA ;
Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.INDEKS
Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Testimoni mengenai MICROTEACHING :
Sri Rizki Amanda(10-107)
Menurut saya sangat menyenangkan melaksankan tugas micro teaching. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, bagaimana menghadapi anak - anak, mendiamkan mereka agar mau mendengarkan arahan - arahan saya. micro teaching ini juga menambah pengetrahuan saya, selain pengetahuan dimana penerapan prinsip paedagogi juga pengetahuan pertama saya naik angkot ,menuju TK, tempat saya melakukan micro teaching. Walau ada kendala sana - sini,perbedaan pendapat, namun sejauh ini masih dapat saya dan kelompok hadapi, semua ini adalah proses. Proses pembelajaran.
Irene Anastasya (10-041)
Selama proses microteaching, saya merasa sangat antusias. Hal-hal yang membuat saya menjadi antusias adalah mendapatkan pengalaman baru dalam mempraktikkan Pengelolaan kelas. Saya dapat belajar bagaimana cara untuk menentukan konsep suatu materi yang akan disampaikan, interaksi dengan anak-anak serta mendapatkan masukan dari guru-guru lainnya tentang pengelolaan kelas yang baik. Sistem microteaching adalah suatu cara mempraktikkan pengajaran dengan situasi yang lebih nyata untuk menjadi suatu landasan bagi calon guru. Jadi sistem ini sangat berguna bagi saya apabila saya ingin menjadi seorang guru yang professional di kemudian hari.
Nurul Mukhlisah 10-117
Fatimah Lubis 10-050
Testimoni mengenai MICROTEACHING :
Sri Rizki Amanda(10-107)
Menurut saya sangat menyenangkan melaksankan tugas micro teaching. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, bagaimana menghadapi anak - anak, mendiamkan mereka agar mau mendengarkan arahan - arahan saya. micro teaching ini juga menambah pengetrahuan saya, selain pengetahuan dimana penerapan prinsip paedagogi juga pengetahuan pertama saya naik angkot ,menuju TK, tempat saya melakukan micro teaching. Walau ada kendala sana - sini,perbedaan pendapat, namun sejauh ini masih dapat saya dan kelompok hadapi, semua ini adalah proses. Proses pembelajaran.
Irene Anastasya (10-041)
Selama proses microteaching, saya merasa sangat antusias. Hal-hal yang membuat saya menjadi antusias adalah mendapatkan pengalaman baru dalam mempraktikkan Pengelolaan kelas. Saya dapat belajar bagaimana cara untuk menentukan konsep suatu materi yang akan disampaikan, interaksi dengan anak-anak serta mendapatkan masukan dari guru-guru lainnya tentang pengelolaan kelas yang baik. Sistem microteaching adalah suatu cara mempraktikkan pengajaran dengan situasi yang lebih nyata untuk menjadi suatu landasan bagi calon guru. Jadi sistem ini sangat berguna bagi saya apabila saya ingin menjadi seorang guru yang professional di kemudian hari.
Wienny D
(10-032)
Dalam
pengerjaan tugas ini, tetap tidak luput dari masalah. Memerlukan waktu khusus,
persiapan yang rumit. Masalah bukan hanya pada persiapan, juga dalam
pelaksanaan, hingga laporan. kegiatan micro-teaching ini sangat mengandalkan
team work selain kerja keras individual. Namun secara keseluruhan ,
memberi pengalaman yang bermanfaat.
Nurul Mukhlisah 10-117
Saya
sangat senang bisa melakukan micro teaching kepada anak TK Nurmala. Saya
mendapatkan banyak pengelaman disini. Sangat senang melihat anak-anak tersebut
antusias menyambut kami. Agak lucu juga dipanggil ‘ibu’, bukannya ‘kakak’. Tapi
tidak apa-apa asalkan panggilan itu dapat membuat kami lebih dekat dengan
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Banyak juga kendala yang tak
terduga terjadi. Seperti kamera yang tidak bisa dipakai, sehingga merekamnya
dengan handphone. Tapi yang pasti kami berusaha melakukan yang terbaik.
Fatimah Lubis 10-050
Menurut saya pengalaman micro
teaching, sangat menyenangkan. karena mendapat penggalaman yang baru. Disana
kita melakukan apa yang kita konsep biar pun tidak berjalan dengan lancar. Kami
disana membuat dokumentasi berupa vidio dan poto bareng anak-anak. sebelum kami
turun kelapangan kami melakukan diskusi yang memiliki perbedaan pendapat.
Biarpun terjadi perbedaan pendapat tapi menemukan jalan yang baik untuk konsep
kami.
Rocky Sihite 10-124
Dalam proses micro-teaching ini,
saya merasa senang, walaupun dalam proses pengerjaannya banyak masalah yang
kami hadapai. Saya juga mendapat banyak pengalaman baru disini dan bermanfaat
disini. Dari pengalaman mengerjakan suatu tugas dengan mengandalkan team work,
sampai mengajar anak-anak TK. Walaupun tidak berjalan dengan lancar, tapi kami
akhirnya mampu menyelesaikannya dengan usaha yang terbaik.