LAPORAN
MICROTEACHING
KELOMPOK 3
LAPORAN
MICROTEACHING
KELOMPOK 3
Sekolah : PAUD NURMALA
Lokasi
: JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan
Glugur , Kecamatan Medan Barat
Tujuan
pemilihan PAUD : Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah
siswa : 25 orang
Usia
siswa : 2-6 tahun
Konsep
Pengajaran : Bermain sambil Belajar
Tujuan
Pengajaran : Memberi kesempatan kepada siswa untuk
aktif dan kreatif
Alokasi
Waktu : 120 menit
Rincian
Kegiatan
} Observasi : 9 April 2012
} Perencanaan
Konsep I : 10 April 2012
} Perencanaan
Konsep II : 18 April 2012
} Proses
Microteaching : 19 April 2012
} Posting
Blog : 30 April
2012
I.
Tinjauan
/ Observasi
Sebelum
melaksanakan microteaching, kami
melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian melakukan
diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran yang
dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi
salah satu tema pengajaran kami.
II.
Latar
Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak
diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain yang bisa merangsang
pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat penting bagi
anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat bermacam-macam
pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat merangsang otak,
melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran, pengetahuan akan warna
dan bentuk.
Namun
saat ini banyak sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di
Indonesia. Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing
dengan satu dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha
menjadi yang terdepan. Salah satu
fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan
anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya
memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah
menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika
pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada
sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan
anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih
menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu
pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan
diri selanjutnya. Konsep microteaching
kami sesuai dengan tujuan PAUD yaitu “Bermain
sambil belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri (
student centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana
prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi
yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur
berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan
antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua
aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada
konteks / latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”. Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih
mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan
yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan
keinginan para pendidik)
III.
Landasan
Teori
Metode pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran berpusat pada anak memberikan kesempatan dan kebebasan
pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya
sendiri dan mengidentifikasikannya kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya
dari diri anak dikemangkan menjadi sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting
dalam metode yang berdasarkan permainan adalah kebebasan anak dalam bermain.
Secara khusus proses pembelajaran
pada anak usia dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia
dini, yaitu : (1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain; (2) Proses kegiatan
anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di
dalam ruangan ataupun di luar ruangan; (3) Proses kegiatan belajar anak usia
dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; (4) Proses kegiatan
belajar anak usia dini haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan
secara menyeluruh dan terpadu.
Bermain adalah kegiatan yang
anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan
hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani). Piaget
dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri
seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat dimana ia hidup.
Pada dasarnya, tujuan utama bermain
adalah memelihara perkembangan dan pertumbuhan optimal anak usia dini melalui
pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan
bermain anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan
kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak satu dengan anak
lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163).
Elkonin dalam Catron dan Allen
(1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak
mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka
mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif
orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain; (3) anak
mengembangkan replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan
objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam
perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain
mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan
bersama teman mainnya.
Fungsi bermain antara lain: (1)
dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak,
melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain
fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2) dapat
menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering
bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak
juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati); (3) dapat mengembangkan
kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan
ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai
wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan kemandiriannya dan
memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selallu bertanya,
meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social
sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Cosby dan Sawyer (1995:85)
menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area
perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang
dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan memberikan anak-anak
kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk
berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka
sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa
mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat baik yang telah
mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
Adapun jenis permainan yang
dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke
dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan
Hewson (2002: 15-21), yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan
teka-teki (puzzle-it-out play).
Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan
lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat
mengembangkan jenis permainan lainnya. Dari keterpaduan di antara permainan
tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan
permainan tersebut.
IV.
PELAKSANAAN
MICROTEACHING
Pada
tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk
melakukan micro teaching :
Jam
08:00- 08:30 : Melakukan Senam dan doa pagi serta
perkenalan
-
Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang
dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk melakukan
senam pagi bersama dengan bantuan media televisi.
Kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru.
Perkenalan anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.
Jam
08:30-08.50 : Bermain kerak lilin
-
Alat dan bahan : 3 buah kerak
lilin.
-
Instruksi : Anak-anak
dikelompokkan dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas
yang terbuat dari kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1
instruktur. Hasil akhir dinilai dari
karya yang terbaik.
-
Tujuan :
Meragsang kreativitas anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja
sama dalam tim (teamwork).
Jam
08:50-09:05 : Cerita legenda dan role-playing
-
Alat dan bahan : Satu buku
kumpulan cerita Tanah Karo
- Instruksi :
Anak-anak diajak duduk membentuk lingkaran dan mendengar cerita yang
disampaikan oleh instruktur micro teaching
kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih
tokoh yang akan dirole-play.
- Tujuan : Meningkatkan kemampuan pemahaman
bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam cerita,
mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan
memperkenalkan budaya Indonesia
Jam
09:05-09:20 : melakukan permainan
loncat menyebutkan nama buah dan gobak sodor
1. Gobak
sodor
Alat
dan bahan : -- (hanya memerlukan lapangan yang
luas)
Instruksi :Anak-anak dibentuk menjadi 2
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan membentuk
barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok berusaha
menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung barisan
untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang ditetapkan
menjadi pemenang.
Tujuan :Untuk melatih kerjasama
dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan
untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan
dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasan.
2. Loncat
Buah
Alat
dan bahan : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi : Permainan ini melibatkan 2 pihak,
yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari 2
orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak di
pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan
tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi
“pagar” penjaga sambil menyebutkan satu
nama buah. Anak-anak yang menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan
menggantikan anak yang tersentuh sebagai penjaga.
Tujuan : Meningkatkan kemampuan otak anak
untuk cepat memberi respons, melatih gerak motorik anak dan melatih kemampuan
dalam mengingat serta menambah pengetahuan akan jenis-jenis buah (salah
satunya)
Jam
09:20 istirahat
Jam
09: 25-09:50 : Mewarnai
Alat
dan Bahan : 6 buah buku gambar, crayon
Instruksi : Anak-anak dibentuk kelompok
menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang mentor untuk memperhatikan hasil
kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan : Melatih kemampuan koordinasi antara
mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna, melatih penalaran dan
kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu objek sehingga dapat
mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan konsentrasi,
mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui gerakan-gerakan
jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.
Jam
09: 50- 10:00 : Penutup
Pembagian reward, acara foto serta
berrnyanyi bersama dengan para guru dan siswa PAUD NURMALA.
V.
HASIL
PELAKSANAAN
Tujuan
dari kegiatan micro teaching , yaitu
memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai kebudayaan Indonesia
melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan micro teaching ini
anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan tradisional Indonesia
(gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin (kerak lilin),
menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora jamu), dan
kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan
micro teaching ini lebih menantang kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik
mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu,
kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung
jawab itu berupa bagaimana kami dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada
anak-anak dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan
teori-teori paedagogi dan prinsip belajar pada anak prasekolah.
Setelah
melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan micro
teaching dapat berjalan lancar, walau ada kendala disana sini sehingga
mengharuskan kami melakukan improvisasi pada saat mengajar, namun semua bahan
ajar yang sudah dikonsepkan untuk ditransferkan pada anak didik dapat
tersampaikan dengan baik. Seperti pada kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah
Karo), anak mendengarkan dongeng yang disampaikan dengan baik, itu tampak
ketika kami mengadakan evaluasi, mereka mampu mereview dongeng yang telah
disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan bermain dengan plastisin (kerak
lilin), kami membagi anak menjadi beberapa kelompok, dengan tujuan agar bisa
melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan teman – teman mereka. Namun kami
menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain sendiri, dimana mereka belum mau
membagi plastisin yang ia punya kepada temannya. Tapi kegiatan ini lebih terstruktur,
dikarenakan pada setiap kelompok, mempunyai satu mentor (salah satu dari kami)
yang mengarahkan peserta didik, dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar.
Setelah itu sebelum peserta didik diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir),
kami terlebih dahulu bermain tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama,
sehingga para peserta didik tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan
mewarnai, kegiatan ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik,
mereka semangat mewarnai dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon.
Kemudian diakhir kegiatan kami membagikan reward kepada peserta didik dan
menutup kegiatan pada hari tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro
teaching berjalan cukup baik dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah
disiapkan.
Kegiatan
micro teaching ini memberikan
pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok.
Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak hanya tertimbun dalam
otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara langsung yang membuat kami memiliki kesempatan belajar bersama,
meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya
diri dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback
dengan para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami
yang ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak
tidak semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak
hanya dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan
ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih
banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia dini.
VI. KALKULASI BIAYA
No
|
Rincian Pengeluaran
|
Jumlah
|
Biaya yang dikeluarkan
|
1
|
Buku gambar
|
6 buah
|
Rp 12.000,-
|
2
|
Plastisin
|
3 buah
|
Rp 16.500,-
|
3
|
Choki-choki
|
1 kotak
|
Rp 13.000,-
|
VII.
ALAT
YANG DIGUNAKAN
o
Kamera
o
Alat
tulis
o
Handycam
o
Media
Audio Visual
DAFTAR
PUSTAKA ;
Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.INDEKS
Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Testimony Kelompok
Sri Rizki
Amanda(10-107)
Menurut
saya sangat menyenangkan melaksankan tugas micro teaching. Banyak pengalaman
baru yang saya dapatkan, bagaimana menghadapi anak - anak, mendiamkan mereka
agar mau mendengarkan arahan - arahan saya. micro teaching ini juga menambah
pengetrahuan saya, selain pengetahuan dimana penerapan prinsip paedagogi juga
pengetahuan pertama saya naik angkot ,menuju TK, tempat saya melakukan micro
teaching. Walau ada kendala sana - sini,perbedaan pendapat, namun sejauh ini masih
dapat saya dan kelompok hadapi, semua ini adalah proses. Proses pembelajaran.
Irene
Anastasya (10-041)
Selama
proses microteaching, saya merasa sangat antusias. Hal-hal yang membuat saya
menjadi antusias adalah mendapatkan pengalaman baru dalam mempraktikkan
Pengelolaan kelas. Saya dapat belajar bagaimana cara untuk menentukan konsep
suatu materi yang akan disampaikan, interaksi dengan anak-anak serta
mendapatkan masukan dari guru-guru lainnya tentang pengelolaan kelas yang baik.
Sistem microteaching adalah suatu cara mempraktikkan pengajaran dengan
situasi yang lebih nyata untuk menjadi suatu landasan bagi calon guru. Jadi
sistem ini sangat berguna bagi saya apabila saya ingin menjadi seorang guru
yang professional di kemudian hari.
Wienny D (10-032)
Dalam
pengerjaan tugas ini, tetap tidak luput dari masalah. Memerlukan waktu khusus,
persiapan yang rumit. Masalah bukan hanya pada persiapan, juga dalam
pelaksanaan, hingga laporan. kegiatan micro-teaching ini sangat mengandalkan
team work selain kerja keras individual. Namun secara keseluruhan ,
memberi pengalaman yang bermanfaat.
Fatimah
Lubis 10-050
Menurut saya pengalaman micro
teaching, sangat menyenangkan. karena mendapat penggalaman yang baru. Disana
kita melakukan apa yang kita konsep biar pun tidak berjalan dengan lancar. Kami
disana membuat dokumentasi berupa vidio dan poto bareng anak-anak. sebelum kami
turun kelapangan kami melakukan diskusi yang memiliki perbedaan pendapat.
Biarpun terjadi perbedaan pendapat tapi menemukan jalan yang baik untuk konsep
kami.
Nurul
Mukhlisah 10-117
Saya
sangat senang bisa melakukan micro teaching kepada anak TK Nurmala. Saya
mendapatkan banyak pengelaman disini. Sangat senang melihat anak-anak tersebut
antusias menyambut kami. Agak lucu juga dipanggil ‘ibu’, bukannya ‘kakak’. Tapi
tidak apa-apa asalkan panggilan itu dapat membuat kami lebih dekat dengan
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Banyak juga kendala yang tak
terduga terjadi. Seperti kamera yang tidak bisa dipakai, sehingga merekamnya
dengan handphone. Tapi yang pasti kami berusaha melakukan yang terbaik.
Rocky Sihite 10-124
Dalam proses micro-teaching ini, saya merasa senang,
walaupun dalam proses pengerjaannya banyak masalah yang kami hadapai. Saya juga
mendapat banyak pengalaman baru disini dan bermanfaat disini. Dari pengalaman
mengerjakan suatu tugas dengan mengandalkan team work, sampai mengajar
anak-anak TK. Walaupun tidak berjalan dengan lancar, tapi kami akhirnya mampu
menyelesaikannya dengan usaha yang terbaik.